Alkitab sebagai Firman Kebenaran ditulis oleh orang-orang yang dipilih Tuhan untuk menuliskannya, sehingga sampai ke bentuknya yang sekarang ini. Jadi karena pada umumnya ditulis oleh orang-orang Ibrani dan untuk pendengar kala itu sebagian besar juga orang-orang Ibrani, maka Alkitab kita ini sebenarnya adalah kitab yang bernuansa sastra Ibrani. Tentu saja ada gaya bahasa di dalamnya, misal Yesus juga sering menggunakan perumpamaan dalam pengajarannya seperti yang dilakukan oleh para Rabi pada umumnya.
Jadi ada yang memang ditulis untuk diartikan secara harafiah, misal keberadaan langit dan bumi ini memang harafiah atau fisik, demikian juga seluruh tokoh-tokoh di Alkitab.
Tetapi ada juga yang figuratif. Kita harus bisa membedakan mana yang harafiah mana yang figuratif.
Misal dalam Amos 2:9 Padahal Akulah yang memunahkan dari depan mereka, orang Amori, yang tingginya seperti tinggi pohon aras dan yang kuat seperti pohon tarbantin; Aku telah memunahkan buahnya dari atas dan akarnya dari bawah.
Ini bukan berarti orang Amori itu setinggi pohon Aras dan sekuat pohon tarbantin. Ini adalah gaya bahasa hiperbola.
Gaya bahasa hiperbola juga digunakan oleh Tuhan Yesus. Misal dalam Matius 19:24 atau Lukas 18:25 tentang ungkapan “unta masuk lubang jarum”